BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bencana banjir sering terjadi pada
musim hujan. Terjadinya banjir karena curah hujan yang tinggi. Sementara sumber
daya alam seperti hutan yang telah rusak dan prasarana untuk mengalirkan air
tersumbat .
Sama halnya dengan gempa, banjir ada
yang berskala kecil dan ada juga yang berskala besar.
Daerah yang terkena banjir, biasanya
akan mengakibatkan kegiatan masyarakat akan lumpuh, terlebih lagi jika itu
besar dan memakan waktu berhari-hari. Dampak dari daerah yang terkena banjir
pada umumnya akan terlihat kumuh atau kotor, banyak bibit penyakit yang timbul,
khususnya penyakit kulit, dan bekas genangan air akan tetap terlihat hingga air
benar-benar surut. Selain itu masyarakat yang berada ditempat terkena banjir bisa
tinggal diatas pohon, atap rumah, atau mencari tempat pengungsian lain.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian banjir
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis banjir
3.
Untuk mengetahui gejala banjir
4.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir
5.
Untuk mengetahui wilayah Indonesia yang rawan banjir
6.
Untuk mengetahui strategi dan upaya penaggulangan banjir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Banjir
Banjir yaitu peristiwa tergenang
serta terbenamnya daratan ( yang umumnya kering ) dikarenakan volume air yang
meningkat. banjir bisa berlangsung dikarenakan peluapan air yang terlalu
berlebih di satu area akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya
bendungan sungai.
B. Jenis-Jenis Banjir
1. Banjir Bandang
Banjir Bandang yaitu banjir di
tempat di permukaan rendah yang berlangsung akibat hujan yang turun
terus-menerus serta muncul dengan tiba-tiba. banjir bandang berlangsung saat
penjenuhan air terhadap tanah di lokasi tersebut berjalan dengan amat cepat
sampai tidak bisa diserap lagi. air yang tergenang lantas berkumpul di
daerah-daerah dengan permukaan rendah serta mengalir dengan cepat ke tempat
yang lebih rendah. mengakibatkan, semua jenis benda yang dilaluinya dikelilingi
air dengan tiba-tiba. banjir bandang bisa menyebabkan kerugian yang amat besar.
2. Banjir Rob
Banjir Rob atau banjir air laut
yaitu banjir yang disebabkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi
daratan, adalah persoalan yang berlangsung di tempat yang lebih rendah dari
muka air laut. di semarang persoalan rob ini sudah berlangsung cukup lama serta
makin parah dikarenakan berlangsung penurunan muka tanah sedangkan muka air
laut meninggi sebagai akibat pemanasan suhu bumi.
Banjir merupakan bencana Alam,
tetapi, bencana ini seringkali disebabkan oleh ulah manusia. Banyak faktor
penyebab terjadinya banjir, diantaranya adalah dibawah ini
C. Gejala Umum Terjadinya Banjir
Gejala-gejala banjir adalah curah
hujan tinggi dalam waktu yang lama dan pasang laut yang tinggi disertai adanya
badai.
D. Penyebab Terjadinya Banjir
• Curah hujan yang tinggi,sehingga sungai
tidak dapat menampung air hujan yang berlebihan
• Pohon di hutan ditebangi secara
sembarangan,sehingga tidak ada akar tanaman yang menahan dan menyerap arus air
• Membuang sampah sembarangan di
sungai,sehingga menyebabkan penyumbatan saluran air
• Pendirian bangunan liar di sekitar
sungai,sehingga mengakibatkan penyempitan dan pendangkalan permukaan sungai
E. Wilayah Indonesia yang Rawan Banjir
Selama Musim hujan hampir tidak ada
wilayah di Indonesia yang tidak terimbas banjir. Mulai dari wilayah-wilayah di
Pulau Sumatera, Pulau Djawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat,Kalimantan, Sulawesi,
Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku, serta Papua. Selain karena wilayah tersebut
yang secara potensi memang merupakan daerah banjir -lihat pendekatan landsystem
untuk rawan banjir-, kesalahan tata ruang dan eksploitasi hutan berlebihan juga
sebagai penyebab lain terjadinya banjir. Jadi ya janganlah meneluh kalau daerah
anda rawan terkena banjir, karena ratusan mungkin ribuan wilayah lainnya juga
mengalami hal yang sama.
1. PULAU
SUMATERA
Wilayah rawan banjir banjir pulau
Sumatera cukup merata terutama pada sepanjang pesisir pantai utara mulai dari
Propinsi Daerah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Riau, Jambi
hingga propinsi Sumatera Selatan dan Lampung.
Khusus wilayah propinsi NAD banjir
seperti sebuah kejadian rutin, terbesar sekitar tahun 2000 dimana lebih dari
separuh kota Banda Aceh terendam air. Beberapa desa di Kecamatan Teunom,
Kabupaten Aceh Jaya adalah rawan banjir akibat luapan sungai Krueng Tenom
apabila kawasan tersebut diguyur hujan lebat selama beberapa hari. Demikian
pula beberapa desa di Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan adalah
rawan banjir seperti desa Lhok Raya, akibat meluapnya air sungai Krueng singkil
secara tiba-tiba.
Wilayah NAD secara umum dibagi
menjadi 13 satuan wilayah pengelolaan DAS, dengan karakteristik spesifik yang
berbeda ditinjau dari bentuk, topografi dan tutupan lahannya. Dilihat dari
bentuk DAS nya saja secara sekilas kita dapat dengan mudah memahami bahwa DAS
Krueng Aceh, DAS Teunom Woyla dan DAS Singkil adalah bentuk DAS yang sangat
rawan bencana Banjir (lihat Gambar 1a). DAS tersebut memiliki cakupan yang luas
pada bagian hulunya dan bermuara pada satu atau dua sungai utama dengan wilayah
muara yang sempit. Pengamatan geofisik DAS Krueng Aceh menunjukkan betapa
rawannya Kota Banda Aceh terhadap bahaya banjir. Kota Banda Aceh merupakan
daerah outlet paling ujung yang menerima semua aliran air dari semua arah mulai
dari hulu hingga hilir dalam DAS Krueng Aceh yang memiliki luas area 197.354,5
hektar dan Krueng Aceh sebagai outlet utamanya.
Propinsi Sumatera Utara,
daerah-daerah pesisir utara mulai dari Pangkalanbfrandan, tanjungpura hingga
Belawan merupakan daerah rawan banjir. Demikian pula daerah lubuk pakam, Sei
rampah, dan sepanjang muara sungai Asahan seperti Indrapura dan kualatanjung,
tanjungbalai, Rantauprapat hingga menjorok ke Labuhanbilik merupakan daerah
berpotensi rawan banjir.
Daerah sepanjang dataran rendah
sekitar Kota Pakanbaru hingga sepanjang aliran sungai rokan kiri dan rokan
kanan dan ke timur wilayah aliran sungai Kampar adalah daerah rawan banjir,
termasuk pulau Bengkalis dan sebagian pulau Rangsang di propinsi Riau.
Untuk Propinsi Jambi mulai dari Kota
Rengat, Tembilahan, sekitar pulau Basu hingga Kuala tungka dan sekitarnya.
Demikian pula kota Jambi dan daerah dataran rendah sepanjang DAS sungai Hari
mengarah ke Simpang lima dan Kampung laut juga daerah yang rawan tergenang.
Daerah rawan banjir di propinsi
Sumatera selatan cukup luas mencakup area seperti Pulau Rimau dan daerah
sekitarnya, Kota Palembang, Sungai gerung, hingga ke tanjung Lumut, termasuk
wilayah sekitar Prabumulih dan muara-muara sungai yang menjorok ke selat
Bangka.
2. PULAU
KALIMANTAN
Wilayah Kalimantan pada umumnya mulai
mengalami banjir pada bulan Oktober, hingga Desember dan Januari hingga April.
Daerah berpotensi banjir umumnya terjadi pada bentukan lahan berupa dataran
bajir dan dataran alluvial dengan kondisi topografi yang datar dengan
kemiringan lereng kurang dari 2%, dan drainase lambat. Daerah rawan banjir
paling luas dijumai di propinsi Kalimantan Tengah meliputi beberapa kecamatan
sepanjang Sungai Barito dan Kapuas meliputi kabupaten seperti Barito Selatan,
Barito Timur, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas, Katingan, KotaWaringin Barat
dan Timur, Lamandau, Murung Raya, Palangkaraya, Pulau Pisau, Seruyan, dan
Sukamara. Luas total daerah berpotensi banjir sekitar 3,5 juta (ha) atau
seperti wilayah propinsi.
Kalimantan Barat mempunyai daerah
berpotensi banjir cukup besar setelah Kalimantan Tengah. Sebaran daerah rawan
banjir terutama meliputi kecamatan-kecamatan sepanjang muara sungai Kapuas.
Demkian pula beberapa kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Sambas seperti
Teluk Keramat, Kota Singkawang, Menpawah hingga Kota Pontianak. Pulau Padang
Tikar dan Pulau Maya juga merupakan daerah yang berpotensi rawan banjir.
Wilayah rawan banjir pada Kalimantan
Selatan dan Kalimantan timur relatif sedikit. Namun beberapa kecamatan di
Kalimantan Selatan tampak berpotensi banjir seperti Kecamatan Simpang empat dan
Martapura di kabupaten Banjar. Demikian pula pada beberapa kecamatan di
Kabupaten Barito Kuala seperti Tabukan dan Tabunganen juga mempunyai daerah
berpotensi banjir. Beberapa kecamatan di beberapa kabupaten seperti Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, HUlu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tanah Laut termasuk
kota Banjarmasin juga termasuk daerah rawan banjir. Untuk Kalimantan Timur
sebaran daerah rawan banjir, meliputi Kabupaten Kutai, Kutai Barat dan Timur,
Nunukan, Malinau, Tarakan, Kota Balikpapan dan Samarinda.
3. PULAU
SULAWESI
Dua kabupaten di propinsi Gorontalo
merupakan daerah rawan banjir yaitu Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo,
terutama terjadi akibat meluapnya sungai Bone.
Wilayah propinsi Sulawesi Utara daerah
rawan banjir terdapat di daerah sekitar Minahasa dan sepanjang aliran sungai
Bolaang Mongondow. Sebaran banjir terbanyak pada wilayah di propinsi Sulawesi
Selatan meliputi kabupaten Baru, Bone, Gowa, Luwu, Mamuju, Maros, dan
Pangkajene termasuk kota Makasar. Demikian pula dearah sepanjang teluk Bone
meliputi Watampone, Palopo dan Masamba.
Daerah Banjir pada propinsi Sulawesi
tenggara umumnya tersebar pada wilayah sekitar rawa Aopa Watumohae dan
sepanjang danau Towuti.
Wilayah rawan banjir di Propinsi
Sulawesi tengah meliputi kabupaten Banggai dan Banggai kepulauan. Sepanjang
danau Poso, dan daerah sepanjang muara sungai Pasang kayu mendekati Tanjung
Kaluku dan sepanjang teluk Tomori terutama daerah Dongi hingga lingkobu.
4. BALI,
KEPULAUAN NUSA TENGGARA DAN SEKITARNYA
Ditinjau dari karakteristik sistem
lahan yang ada, wilayah rawan banjir pada kepulauan Bali, Nusa Tenggara dan
sekitarnya adalah sedikit. Sebaran daerah rawan banjir hanya meliputi kurang
dari 10 % wilayah yanag ada. Seperti di pulau Lombok hanya tersebar sekitar
kota Mataram, pulau Sumbawa hanya meliputi sebagain kecil daerah Taliwang, dan
spot-spot kecil tersebar antara daerah Labu Sumbawa sampai Plampang, Dumpo dan
Raba.
Untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur
juga demikian, wilayah rawan banjir tersebar secara spot-spot kecil dengan
penyebaran secara umumnya di pulau Timor, meliputi daerah Kupang dan Atambua
dan Besikama sekitar Tanjung Wetah.
5. PULAU JAWA
Secara umum pantai utara pulau Jawa
menunjukkan wilayah yang secara alami mempunyai karakteristik sistem lahan yang
merupakan wilayah rawan banjir. Banjir terjadi sejak awal-awal musim hujan,
sekitar mingu ke tiga bulan Oktober. Demikan pula pada sebagaian wilayah
selatan pulaua Jawa wilayah sekitar Segara anakan dan Cilacap, Kebumen hingga
Purwodadi.
Wilayah pantai Utara Jawa mulai
propinsi Jawa Barat me;iputi daerah Cilegon, Tangerang, dan terbesar berada
pada kawasan bekasi dan karawang merupakan wilayah berpotensi rawan banjir
termasuk daerah bandara Internasional Sukarno Hatta, Jakarta. Demikian ula
sebagian wilayah di Ujung kulon, sekitar tanjung Lesung seperti pagelaran dan
citeureup, sebagian Kota Bandung dan Cimahi adalah daerah yang secara alami
rawan banjir.
Wilayah banjir di propinsi Jawa
tengah dan jawa Timur umumnya tersebar pada pantai Utara yang sebagian besar
masuk dalam wilayah DAS Bengawan Solo. Wilayah pantai Utara sepanjang pantai
Utara di Propinsi Jawa Barat diantaranya adalah Cirebon, Brebes, Tegal hingga
Pekalongan. Sementara wilayah pnatai utara Jawa Tengah meliputi pula Kota
Semarang, Demak, Pati Kudus hingga Rembang. Daerah lain yang masih terpengaruh
oleh aliran DAS Bengawan Solo juga merupakan daerah rawan banjir, seperti
Sragen, Ngawi, Cepu, Bojonegoro sampai ke Lamongan. Demikian pula Kota Surabaya
dan kota-kota sekitarnya seperti Sidoarjo, Monjokerto, dan Pasuruan. Untuk
pulau Madura wilayah yang berpotensi banjir meliputi kota Bangkalan,
Karangtengah, Pamekasan dan Sumenep.
Khusus DKI Jakarta, lebih dari
separuh wilayah Jakarta adalah berpotensi banjir khususnya wilayah Jakarta
Utara. Beberapa sungai dari wilayah Bogor bermuara ke Jakarta seperti sungai
Cisadane dan Ciliwung. Untuk mengetahui potensi rawan banjir dalam skala yang
lebih besar untuk wilayah Jakarta dan kota-kota besar lainnya pendekatan
geomorfologi sistem lahan tidaklah mencukupi. Diperlukan informasi lain seperti
rata-rata curah hujan dasarian, tata guna lahan sekala besar serta peta
topografi.
6. KEPULAUAN
MALUKU DAN SEKITARNYA
Wilayah rawan banjir di kepulauan
Maluku dan sekitarnya menyebar mulai dari Pulau Morotai, Pulau Halmahera, P Obi
dan pulau Sula di propinsi Maluku Utara hingga pulau Yamdena selatan dan
kepulauan Aru Propinsi Maluku. Di pulau Seram sendiri, wilayah potensi rawan
banjir meliputi daerah sepanjang pantai uatara mulai dari Wahai, Pasahari,
KobiHati, hingga Kutar. Demikian pula wilayah sepanjang teluk Elpaputih
terutama daerah Masohi dan Makariki.
7. KEPULAUAN
PAPUA
Wilayah potensi banjir di wilayah
Papua menyebar merata di sepanjang pantai Utara dan selatan pulau papua.
Wilayah rawan banjir di sekitar kepala tanduk pulau Papua dapat ditemui mulai
dari pulau Salawati, kota Sorong, Teminabuan sampai Bintuni yang merupakan
bagian dari daerah aliran sungai Kamundan, Kais dan Timbuni.
Diwlayah punggung papua mulai dari
kota Nabire, Asori, Pamdai, Teba sapai kota Sarmi secara geomorfologis juga
merupakan daerah yang rawan banjir.
Wilayah tersebut merupakan bagian dari DAS
Membramo. Demikian pula untuk wilayah lembah Wamena yang masih terpengaruh oleh
wilayah DAS Membramo, khususnya sepanjang sungai Idenburg dan sungai Tariku.
Di Selatan sepanjang pantai yang
merupakan wilayah berawa mulai dari kota Timika, Agats, Birufu dan daerah
sekitar wilayah DAS Sungai Baliem merupakan daerah yang secara alami berpotensi
banjir. Demikian pula sepanjang sungai Digul mulai dari Abemare, Mapi, dan
Nuweh termasuk sebagian wilayah di pulau Yos Sudarso merupakan daerah rawan
banjir.
F. Strategi dan
Upaya Penanggulangan
Pencegahan sebelum terjadi banjir :
•
Kerja bakti membersihkan saluran air
• Melakukan kegiatan 3M (Menguras, menutup,
menimbun) benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk.
•
membuang sampah pada tempatnya.
•
Menyediakan bak penyimpanan air bersih
Pencegahan saat sudah terjadi banjir
:
•
Evakuasi keluarga ke tempat yang lebih tinggi
•
Matikan peralatan listrik/ sumber listrik
•
Amankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman.
• Ikut
mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
•
Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
•
Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.
•
Menggunakan air bersih dengan efisien.
Pencegahan sesudah terjadi banjir:
•
Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
•
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
•
Terlibat dalam kaporitisasi sumur.
•
Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya banjir itu disebabkan
oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi
dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yang rendah. Pada saat air
jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan
mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk
aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah
(infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan
peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami?
Karena dataran banjir terbentuk akibat
dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat
dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air
yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran
banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa
sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian,
mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan
perkotaan.
B. Saran
Seharusnya disiplin dan kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan haruslah
ditingkatkan.
Warga-warga tidak lagi
menjadikan bantaran kali sebagai tempat tinggal/bermukim.karena, jika tidak ada
bangunan-bangunan liar, badan kali menjadi lebih luas, dan jangan menjadikan
sungai-sungai sebagai tempat sampah, sehingga terjadi pendangkalan dan sampah
mengonggok di sepanjang aliran sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar